Kisah Nabi Dan Sahabatnya Di Bulan Sya'ban
Blog Khusus Doa - Kisah berikut ini dihimpun dari aneka macam sumber, sebagaimana dilansir dari laman islampos. Alkisah, Pada suatu waktu sobat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah SAW:
Rasulullah SAW, menjawab:
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah az Zahidiy bahwa ia berkata: Kawan saya Abu Hafshin al Kabir telah meninggal dunia, maka saya menyalatinya. Dan saya tidak mengunjungi kuburnya lagi selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud menengok kuburnya.
Ketika saya tidur di malam hari, saya bermimpi melihatnya, mukanya bermetamorfosis pucat. Saya bersalam kepadanya dan ia tidak membalasnya. Kemudian saya bertanya kepadanya: “Subhanallah, mengapa engkau tidak menjawab salam saya?”
“Membalas salam ialah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah,” jawabnya.
“Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dulu berwajah bagus?” tanya saya.
Dia menjawab: “Ketika saya dibaringkan di dalam kubur, telah tiba satu malaikat dan duduk di sebelah kepala saya seraya berkata: “Hai si renta yang jahat!,” kemudian ia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat, bahkan ia memukul saya dengan sebatang kayu sehingga tubuh saya terbakar.
Kubur pun berkata kepada saya: “Apakah engkau tidak aib kepada Tuhanku?”, kemudian kubur pun menghimpit saya dengan himpitan yang berpengaruh sekali sehingga tulang rusuk saya menjadi bertebaran dan sendi-sendinya menjadi terpisah-pisah, siksaan itu berlangsung hingga malam pertama bulan Sya’ban.
Waktu itu ada bunyi mengundang dari atas saya: “Hai malaikat, angkatlah batang kayumu, dan siksamu dari padanya, alasannya ialah tolong-menolong ia pernah menghidup-hidupkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari di bulan Sya’ban.”
Maka Allah SWT menghapuskan siksa dari padaku alasannya ialah saya memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan juga dengan puasa satu hari di bulan Sya’ban. Kemudian Allah memberi kegembiraan kepadaku dengan nirwana dan kasih sayang-Nya.
Menurut Imam Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arob, makna kata Sya’ban ialah dari lafadz ‘Sya’aba’ atau berarti ‘dhoharo’ (tampak) diantara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan.
“Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya’ban?
Rasulullah SAW, menjawab:
“Itu bulan dimana insan banyak melupakannya, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu segala perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka saya ingin dikala amalku diangkat, saya dalam keadaan puasa”. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah az Zahidiy bahwa ia berkata: Kawan saya Abu Hafshin al Kabir telah meninggal dunia, maka saya menyalatinya. Dan saya tidak mengunjungi kuburnya lagi selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud menengok kuburnya.
Ketika saya tidur di malam hari, saya bermimpi melihatnya, mukanya bermetamorfosis pucat. Saya bersalam kepadanya dan ia tidak membalasnya. Kemudian saya bertanya kepadanya: “Subhanallah, mengapa engkau tidak menjawab salam saya?”
“Membalas salam ialah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah,” jawabnya.
“Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dulu berwajah bagus?” tanya saya.
Dia menjawab: “Ketika saya dibaringkan di dalam kubur, telah tiba satu malaikat dan duduk di sebelah kepala saya seraya berkata: “Hai si renta yang jahat!,” kemudian ia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat, bahkan ia memukul saya dengan sebatang kayu sehingga tubuh saya terbakar.
Kubur pun berkata kepada saya: “Apakah engkau tidak aib kepada Tuhanku?”, kemudian kubur pun menghimpit saya dengan himpitan yang berpengaruh sekali sehingga tulang rusuk saya menjadi bertebaran dan sendi-sendinya menjadi terpisah-pisah, siksaan itu berlangsung hingga malam pertama bulan Sya’ban.
Waktu itu ada bunyi mengundang dari atas saya: “Hai malaikat, angkatlah batang kayumu, dan siksamu dari padanya, alasannya ialah tolong-menolong ia pernah menghidup-hidupkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari di bulan Sya’ban.”
Maka Allah SWT menghapuskan siksa dari padaku alasannya ialah saya memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan juga dengan puasa satu hari di bulan Sya’ban. Kemudian Allah memberi kegembiraan kepadaku dengan nirwana dan kasih sayang-Nya.
Menurut Imam Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arob, makna kata Sya’ban ialah dari lafadz ‘Sya’aba’ atau berarti ‘dhoharo’ (tampak) diantara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Nabi Dan Sahabatnya Di Bulan Sya'ban"
Posting Komentar